Sabtu, 26 Maret 2011

makna rasa saling percaya dalam kehidupan kerja

Peran Rasa Saling Percaya dalam Proses Manajemen
Berikut ini akan dipaparkan hasil observasi mendalam atas praktik rasa sating percaya di berbagai perusahaan dan instansi publik di Indonesia. Pada umumnya, orang menyepakati hasil observasi ini, tetapi diharapkan observasi ini maupun hasil pengamatan lain yang dikemukakan terdahulu, dapat dilengkapi dengan pembuktian empiris yang lebih mantap di masa depan. Kajian mengenai rasa sating percaya akan dilanjutkan dengan mengkaji peran rasa sating percaya dalam proses manajemen. Kajian ini berfokus pada pembahasan persepsi orang tentang rasa saling percaya, mengapa hal itu penting, dan apa peran rasa saling percaya itu di dalam proses penciptaan nilai. Kajian seperti ini dilakukan dalam rangka lebih membumikan konsep rasa saling percaya yang sering dianggap terlalu abstrak. Realitas lapangan inilah yang akan dikaji selanjutnya di sini.
Rasa saling percaya (mutual trust) yang terdapat di antara orangorang yang bekerja di suatu lingkungan kerja tertentu adalah salah satu unsur iklim kerja yang penting, karena konclisi psikososial ini menjadi prasyarat bagi berkembangnya sikap, motif, dan niat orang untuk menjalin kerja sama yang efektif serta munculnya berbagai kekuatan karakter (character strength) atau potensi insani yang biasanya menjadi tumpuan untuk penciptaan nilai. Kondisi psikososial ini bersangkutan dengan suasana hati yang terdapat di antara orang-orang yang bekerja dan saling berhubungan di suatu lingkungan kerja tertentu. Jika terdapat rasa saling percaya yang tinggi di suatu lingkungan kerja, orangorang yang bekerja di situ akan menjadi lebih terbuka satu terhadap yang lain, baik pada waktu mengemukakan pendapat dan gagasan mereka maupun dalam kesecliaan mereka untuk mendengarkan dengan saksama dan memahami dengan baik apa yang dikatakan pihak lain. Orang juga terbebas dari rasa khawatir atau rasa takut, dan merasa tidak terbebani pada waktu mereka perlu mengambil tindakan yang inovatif atau berbeda dari yang sudah biasa dilakukan di lingkungan kerja tersebut. Orang yang bekerja juga terbebas dari rasa saling curiga. Segala tindakan dan perilaku dilakukan dengan dilandasi iktikad baik dan dilaksanakan dengan penult komitmen untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama. Orang biasa mempertanyakan hal-hal yang dianggap dengan iktikad untuk memungkinkan mereka bekerja dengan lebih baik. Tempat kerja yang penuh dengan rasa saling percaya adalah lingkungan kerja yang menggairahkan di mana orang-orang yang dapat dipercaya (trustworthy persons) akan terdorong untuk bekerja secara maksimal.
Makna Rasa Saling Percaya dalam Kehidupan Kerja
Jika ada rasa saling percaya di suatu Iingkungan kerja, orang-orang yang bekerja di situ akan juga lebih mudah menerima gagasan yang dikemukakan pihak lain, termasuk yang dikemukakan oleh pemimpin mereka sehingga tindak lanjut dapat dilakukan dengan lebih lancar. Jika ada hal-hal yang dirasakan kurang tepat, mereka tidak akan sungkan bertanya atau mempertanyakannya. Orang juga tidak segan mengemukakan gagasan alternatif. Dengan perkataan lain, Iingkungan kerja yang penuh rasa sating percaya adalah juga suatu lingkungan kerja yang inovatif, di mana inovasi, kreativitas, dan pembaruan sangat dihargai.
Tempat kerja yang penuh rasa saling percaya adalah juga lingkungan kerja yang penuh kepedulian, artinya di situ orang-orang sating peduli terhadap kesejahteraan, masa depan, dan keberhasilan orang lain. Di lingkungan kerja seperti ini, orang-orang juga ditingkatkan kepekaannya terhadap Iingkungan sosial dan alam di sekitarnya. Mereka dibiasakan untuk melihat masalah perusahaan di dalam perspektif yang lebih luas. Mereka juga dibiasakan untuk melihat dan memahami suatu permasalahan dari banyak perspektif, termasuk dari perspektif orang yang berbeda pendapat. Empati (tepo sliro) menjadi sikap dasar dari orang-orang yang bekerja di lingkungan ini.
Rasa saling percaya juga akan mendorong orang untuk mempertanyakan keberadaan dirinya dan maim kerjanya. Rasa saling percaya akan mendorong orang untuk melihat tempat kerja mereka bukan sekadar sebagai suatu tempat mereka mencari nafkah, melainkan juga sebagai tempat di mana mereka dapat menemukan makna kehidupan dan kerja serta menunjukkan jati diri mereka yang sejati. Di sini, orang juga akan melihat rekan kerja mereka bukan hanya sebagai orang lain yang kebetulan ditugaskan untuk bekerja sama, melainkan juga sebagai sahabat dengan siapa mereka akan berbagi suka duka dalam mengarungi masa depan dunia kerja mereka yang penuh tantangan. Mereka melakukan itu dengan penuh semangat untuk mewujuclkan suatu cita-cita bersama atau idealisme yang dapat memberi makna pada kehidupan mereka. Dengan perkataan lain, lingkungan kerja yang penuh rasa saling percaya adalah juga lingkungan yang penuh idealisme di mana orang dapat menemukan makna kehidupan, membangun jati diri mereka secara utuh, dan memberi makna pada kerja mereka. Di sinilah orang menemukan dan merasakan nilai kontribusi mereka, bagi diri mereka sendiri, bagi orang lain, maupun bagi perusahaan atau organisasi di mana mereka bekerja.
Orang-orang yang saling percaya biasanya juga terbiasa untuk saling bertanya dan mempertanyakan keputusan, tindakan, dan perilaku yang diambil di antara mereka. Orang melakukan hal itu bukan karena tidak percaya kepada sesama rekan, melainkan justru karena dia menghargai mereka. Mereka saling bertanya atau mempertanyakan keputusan, tindakan, dan perilaku mereka karena terdorong oleh keinginan untuk menjaga agar semua keputusan, tindakan, dan perilaku itu adalah yang terbaik ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Mereka ingin agar segala keputusan, tindakan, dan perilaku yang dilakukan menghasilkan kinerj a yang melebihi ekspektasi. Jadi, adanya rasa saling percaya yang tinggi dan tutus di lingkungan suatu komunitas kerja adalah prasyarat bagi berlangsungnya dialog dan olah intelektual yang produktif. Akan tetapi, untuk menjaga agar dialog dan olah intelektual itu dapat berlangsung dengan intensif, lancar, dan produktif, perlu diusahakan agar interaksi sosial dan intelektual ini dijalankan dengan memerhatikan tata krama profesional. Juga perlu diusahakan agar dialog dan olah intelektual itu tidak berkembang menjadi debat yang berkepanjangan dan menjadi konflik yang tidak diinginkan dengan cara mencegah jangan sampai terjadi personalisasi dari isu yang sedang diperbincangkan. Anggota komunitas dapat berdebat keras tentang isu bisnis dan manajemen, tetapi isu tersebut tidak boleh dikaitkan dengan orang-orang tertentu. Suatu isu tidak boleh dibiarkan mengalami proses politisasi yang merumitkan. Apabila terjadi politisasi isu, pembahasannya akan makin menjauh dari rasionalitas.
Rasa saling percaya yang terdapat di tempat kerja juga sangat ditentukan oleh intelek dari orang-orang yang saling berinteraksi di tempat kerja. Orang-orang yang memiliki intelek tinggi dihargai rekan kerjanya, tetapi ketulusan dari penghargaan itu sangat ditentukan oleh moralitas dan kredibilitas dari orang yang bersangkutan. Seseorang yang sangat terpelajar dan menguasai bidang pekerjaannya dengan baik tidak dengan sendirinya akan dipercaya dan dihargai oleh orang-orang yang bekerja dengannya, selama kejujuran dan ketulusannya untuk niembantu orang lain secara profesional serta kesediaannya untuk berbagi pengetahuan dan pengetahuan dengan rekan kerjanya, dipertanyakan. Sebaliknya, seseorang juga akan ragu-ragu berbagi intelek dengan rekan kerjanya jika dia tidak yakin bahwa informasi dan pengetahuan itu akan digunakan secara bertanggung jawab sejalan dengan kepentingan perusahaan dan anggota yang lain. Jadi, rasa saling percaya selalu mengandung unsur mutualitas (mutuality) yang berlangsung secara berimbang, dan akan makin meningkat jika ada perilaku jujur dan tulus yang dijalankan secara timbal balik dengan intensitas makin tinggi. Rasa saling percaya juga mengandung unsur saling menghargai karakter dan kepribadian (mutual respect) dari orang-orang yang terlibat dalam proses interaksi di lingkungan komunitas kerja. Di lingkungan komunitas dengan rasa saling percaya yang tinggi, yang dihargai adalah kepribadian dari orang-orang yang terlibat dalam interaksi di lingkungan itu, bukan pangkat, kekuasaan, kekayaan, maupun keduclukan dari orangorang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar